Sabtu, Oktober 22, 2016

TRILOGI MENTAL WIRAUSAHA (SERI 2)

Beberapa bulan lalu Bambang Suharno menulis tentang Trilogi Mental Wirausaha dimana pada artikel tersebut baru membahas mental pertama dari trilogi mental wirausaha yaitu Mental produktif. Berikut ini ulasan tentang mental wirausaha yang kedua, yaitu Mental Pemberdaya.

Jika anda sudah mempu menyisihkan penghasilan untuk menciptakan penghasilan baru, maka anda sudah berhasil menerapkan mental wirausaha yang pertama, yakni mentalproduktif. Seorang karyawan yang menyisihkan gajinya untuk membeli ruko untuk disewakan, itu adalah contoh karyawan yang bermental produktif. Banyak contoh di sekitar kita karyawan yang mampu memproduktifkan penghasilan, antara lain membeli ruko, membeli tanah produktif untuk bagi hasil dengan petani, membeli ternak untuk bagi hasil dengan pemelihara ternak, membeli mobil untuk disewakan, membuka warung makan yang dikelola orang lain dan sebagainya.

Saya pernah mengisi acara bedah buku di bandung mengenai wirausaha. Ternyata ada satu peserta yang mengaku sangat terinspirasi dengan talkshow saya. Setahun kemudian saya seminar di bandung dan orang tersebut kembali hadir. Ia bercerita bahwa pada saat setahun sebelumnya ia mempunyai mobil yang tadinya untuk kepentingan keluarga, segera diubah peruntukannya menjadi mobil sewaan. " Alhamdulilah saya sekarang sudah punya 2 mobil untuk disewakan," katanya. Wow luar biasa.
Namun masalahnya, ketika mau dikembangkan lagi ia bingung bagaimana mengelola karyawannya.

Nah jawabannya adalah, "Anda harus berlajar mempraktekan mental pemberdaya,".
Orang-orang yang memimpin organisasi, baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis harue belajar memberdayakan orang lain. Hakekat dari memberdayakan adalah memimpin dan mengelola manusia.
Tak ada perusahaan yang dapat terus berkembang tapi dikelola orang satu orang. Memang ada iklan yang menarik "Bisnis bisa dikelola dari rumah sendiri, tak usah pusing dengan macet dan pusing mikirin gaji karyawan". Biasanya ini adalah iklan bisnis online.

Bisnis online memang awalnya bisa dikerjakan sendiri, namun ketika bisnis online mulai besar, tetap harus memiliki karyawan untuk mengatur keuangan, pembelian barang, bahkan mungkin juga perlu supir, satpam dan sebagainya. Ingat, pemilik facebook, google, twitter, dan raja bisnis online lainnya punya karyawan banyak, tidak bekerja sendirian. Jadi semua yang bekerja itu harus dikelola sebagai manusia yang produktif. Bahkan seorang artis top, kalau mau maju tidaklah bisa hanya bekerja sendirian. Ia harus mampu menjalin relasi dengan para mitranya, manajernya, produser, pengelola media massa dan sebagainya. Artis yang arogan, mau menang sendiri, tidak bisa memberdayakan orang lain, akan dikucilkan dari masyarakat. Jadi artis yang hebat bukan hanya punya talenta yang unggul, melainkan juga menerapkan mental pemberdaya.

Jadi apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan mental pemberdaya?
Pertama, berlatih memimpin. Leadership atau kepemimpinan kalau mau disederhanakan adalah sebagai berikut:
- Mampu menetapkan cita-cita atau visi bersama atau yang didukung oleh anggota tim.
- Mampu menggali potensi orang lain hingga orang tersebut menyadari keunggulannya.
- Mampu memotivasi orang lain agar dapat bekerja dengannya dengan senang hati.
- Mampu mendengarkan keluhan orang lain.

Para pemimpin yang baik bukanlah orang yang paling pintar. Mereka biasanya justru low profile. Mau belajar dari orang lain. Jika anda mau belajar mengasah kemampuan memimpin, mulailah belajar mendengarkan keluhan orang lain dan jangan menggurui. Mulailah belajar memotivasi orang lain, belajar merumuskan masa depan bersama dan sebagainya.

Kedua, berlatihlah mendelegasikan pekerjaan. Jika anda hoby memasak dan membuka warung makanan, apakah anda harus setiap hari memasak untuk memenuhi keinginan pelanggan? Pada awalnya iya, tapi jika warung anda buka cabang, anda harus memulai melatih orang lain yang bisa menduplikasi kepandaian memasak anda. Orang yang ahli biasanya sulit mendelegasikan pekerjaan karena melihat orang lain tidak ada yang bisa menyamainya. Apabila anda merasakan seperti itu, mulailah berpikir bahwa memang tak ada orang yang sama ahlinya dengan anda, tapi ada yang bisa menduplikasi sebagian keahlian anda. Oleh karenanya perlu ada sebuah tata aturan yang bisa diduplikasi oleh orang lain. Restoran internasional seperti McD punya buku pedoman memasak yang harus ditaati oleh semua karyawan bagian memasak. Itulah yang membuat semua cabang McD dapat memasak dengan rasa yang sama.

(Bersambung)


SHARE THIS

0 komentar:

POSTING TERPOPULER

Iklan