Minggu, Desember 24, 2017

INTRAPRENEURSHIP DAN ENTREPRENEURSHIP

Ada buku yang.  sangat terkenal di kalangan wirausahawan Indonesia. Judulnya Cara Gila Jadi Pengusaha. Sesuai dengan judulnya, Cara Gila menawarkan cara-cara yang tidak normal dalam memulai dan menjalankan bisnis.

Pola pikir cara gila juga berbeda dengan cara waras. Misalkan, jika anda kuliah, tidak usah pintar dan rajin kuliah. Sering bolos juga nggak masalah, Kelak jika anda kena DO (Drop Out), Anda akan kesulitan cari kerja dan akhirnya "terpaksa" sukses menjadi pengusaha.

Anda seorang karyawan? Tidak usah rajin bekerja. Jika kelak anda diPHK, itulah pertanda Anda akan diberi jalan menjadi pengusaha.


Tentu saja, selain ada cara gila, ada juga cara tidak gila. Jika "orang gila" bisa sukses, semestinya yang waras juga bisa sukses bahkan bisa lebih sukses. Setidaknya secara rata-rata, yang waras memiliki peluang lebih sukses.

Jika Anda pekerja keras, belum berani memutuskan keluar dari pekerjaan demi spirit wirausaha, mari kita lihat cara baru menjadi wirausahawan, yakni dengan menjadi intrapreneur.

Entrepreneur sebagaimana kita ketahui adalah orang yang memiliki usaha sendiri. Namun mental entrepreneur bukan hanya untuk usaha sendiri. Ada konsep yang dinamakan Intrapreneur, yaknis mental entrepreneur untuk membangun usaha orang lain.

Trilogi Mental Entrepreneur

Sudah saya tulis dan saya sampaikan di berbagai kesempatan, ciri utama mental wirausaha adalah 3 hal, yakni mental produktif, mental pemberdaya dan mental tangan di atas.

Mental produktif maknanya adalah lawan dari mental konsumtif. Orang bermental konsumtif, setiap penghasilannya naik, hutangnya tambah banyak. Hutangnya adalah hutang konsumtif. Orang bermental produktif, setiap penghasilannya naik, akan diupayakan untuk menciptakan penghasilan baru.

Mental pemberdaya adalah mental kepemimpinan, mental untuk selalu memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Mental Tangan di Atas adalah mental memberi, bukan mental pengemis. Jika setiap mendapat penghasilan, kita menyisihkan untuk orang lain, niscaya rejeki akan lebih mudah mengalir ke diri kita. Rejeki bekerja dengan sistem sirkulasi, seperti halnya sistem sirkulasi darah. begitu sirkulasinya terhenti, maka akan terjadi penyumbatan dan menimbulkan penyakit.

Intraprenership dengan Mental Entrepeneur

Konsep dan istilah intrapreneurship pertama kali dikenalkan oleh Gifford and Elizabeth Pinchot pada tahun 1978. Secara sederhana intrapreneurship adalah nilai-nilai atau karakter entreprenurship yang diterapkan oleh  karyawan-karyawan dalam perusahaan.

Perbedaan utama antara entrepreneur dan intrapreneur adalah tujuan (goal) dari usaha yang dilakukannya.  Entrepreneur bertujuan untuk mencapai tujuan usaha yang dimilikinya, sedangkan intrapreneur bertujuan untuk mencapai tujuan pekerjaannya yang berdasarkan keputusan manajemen pemilik usaha.

Namun pada dasarnya mental yang harus dimiliki seorang entrepreneur maupun intrapreneur adalah sama. Seorang intrapreneur yang sukses adalah orang yang bermental produktif, mental pemberdaya dan mental tangan di atas.

Jika seorang manager bermental produktif maka ia akan melakukan inovasi dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya agar divisi yang dipimpinnya berkembang menghasilkan dan memproduktifkan hasil usahanya. Katakanlah tahun ini menghasilkan laba 100 juta, maka yang dipikirkan adalah bagaimana agar sebagian dari laba itu dapat diputar lagi untuk memajukan usahanya.

Seorang karyawan bermental intrapreneur akan tertantang jika mendapat tugas merintis pengembangan baru, bahkan ia akan mengusulkan agar ditugaskan di tempat yang lebih sulit, lebih menantang. Ia tidak suka bekerja di area tugas yang sudah jadi. Pendek kata, ia akan produktif jika ditempatkan di area yang "kering". Bagi karyawan biasa, tempat tertentu dianggap sebagai tempat buangan, tapi baru karyawan bermental intrapreneur, posisi dimanapun akan disikapi dengan positif, karena ia akan tetap produktif.

Seorang manager-intrapreneur juga pasti sukses karena mental pemberdaya. Ia bekerja sebagai pemimpin yang mendidik dan memberdayakan anak buahnya. Maka karyawan atau manager intrapreneur sangat menyukai ilmu leadership dan manajemen dan menerapkannya dengan sebaik-baiknya.

Seorang intrapreneur pastinya selalu bermental tangan di atas, karena ia percaya bahwa segala hasil jerih payahnya harus disalurkan ke tempat yang tepat. Kegiatan sosial perusahaan maupun kegiatan sosial pribadi akan menjadi bagian penting dari jalan hidupnya.

Intrapeneur tidak egois, tidak semata-mata berpikir kelak harus menjadi pemilik tunggal perusahaan. Baginya, yang penting berkarya sebaik-baiknya dan meyakini Tuhan akan memberi rejeki yang wajar, tidak mungkin kekurangan.

Namun pada akhirnya, intrapeneur sukses pada umumnya bisa ikut memiliki saham di perusahaan yang ia rintis bersama pimpinannya. Sahamnya tidak harus mayoritas, namun cukuplah sebagai warisan untuk keluarganya.

Dan tak jarang, seorang karyawan berawal dari intrapreneur akhirnya menjadi owner sebuah perusahaan besar yang ia rintis sejak kecil. Ia berubah dari intrapreneur menjadi entrepreneur.***

Bambang Suharno



SHARE THIS

0 komentar:

POSTING TERPOPULER

Iklan