Kamis, Juni 16, 2016

SEMINAR WIRAUSAHA MEA DI STEI RAWAMANGUN

Seminar dengan tema Masyarakat Ekonomi ASEAN tampaknya masih cukup menarik bagi publik. Seperti yang berlangsung di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) Rawamangun, Sabtu, 4 Juni 2016 lalu, seminar wirausaha yang membahas MEA berlangsung cukup meriah. Pesertanya lebih dari 250 orang terdiri dari mahasiswa STEI dan beberapa mahasiswa dari luar kampus.

Seminar ini berlangsung jam 9-12, di auditorium STEI dengan menghadirkan pembicara seminar tunggal Bambang Suharno dari Indonesian Entrepreneur Society (IES). Seminar dipandu oleh dosen setempat, Samuel Samson.



Dalam kesempatan ini Bambang Suharno menekankan perlunya melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat gemuk. Jumlah penduduk ASEAN kurang lebih 600 juta, dimana 250 juta di antaranya adalah penduduk Indonesia. Penduduk Jabodetabek saat ini sekitar 25 juta. Ini artinya kurang lebih sama dengan penduduk Malaysia yang sekitar 26 juta dan jauh lebih tinggi dibanding penduduk Singapura yang hanya sekitar 5 juta.

Dengan melihat angka tersebut maka peluang wirausaha di Indonesia sangat besar.
Bambang menilai banyak keunggulan Indonesia dibanding sesama negara ASEAN. Keunggulan tersebut meliputi dunia pariwisata, kuliner, ekonomi kreatif, perikanan dan sebagainya.

"Jika kita keBangkok, kita akan antri untuk masuk ke Grand Palace, padahal isinya tidak jauh beda dengan Kraton Jogja atau Cirebon. Ini karena Thailand sangat pintar menjual obyek wisata," kata Bambang.

Demikian pula dunia kuliner. Indonesia sangat kaya dengan beragam masakan. Masakan padang saja sudah merambah ke berbagai negara. "Dan kita punya peluang mempopulerkan nasi uduk, soto, nasi goreng dan aneka masakan khas Indonesia ke manca negara. Asal kita serius," tambahnya.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kreatif. Buktinya Bahasa Indonesia saja berkembang terus dengan aneka macam bahasa gaul. Dunia memiliki 3000 bahasa dan sekitar 10% di antaranya adalah Bahasa daerah di Indonesia. "Ini menunjukkan kita adalah bangsa yang kreatif. Keragaman adalah cerdmin kreativitas. Kita kadang nggak sadar betapa indahnya kesenian daerah kita dari sabang sampai merauke. sadar setelah kita berada di luar negeri," ujarnya.

Masalah-Masalah Wirausaha

Pada sesi tanya jawab, mahasiswa sangat antusias menanyakan berbagai hal , antara lain tentang bagaimana memulai bisnis tanpa modal, bagaimana mempekerjakan karyawan, pilihan tenaga mesin atau manusia dan sebagainya.

Terhadap pertanyaan mengenai pilihan teknologi mesin dengan manual, Bambang menjelaskan yang penting dianalisa saja mana yang lebih prospektif, karena teknologi terkini belum tentu lebih efisien. Di Amerika, beternak ayam minimal 25 ribu ekor per peternak. Itu karena kalau skala kecil tidak akan ekonomis. "Lagi pula teknologi pemberian pakan otomatis, panen ayam dan lain-lain bisa ekonomis apabila skalanya sebesar itu," ujar Bambang.

Sedangkan kepada mahasiswa yang menanyakan bagaimana memulai usaha dengan modal nol atau sangat minim, sedangkan ia sibuk kuliah, Bambang menyarankan untuk mencoba menggali kompetensi dan menjual jasa. "Misalkan anda bisa berbahasa Inggris, cobalah membuat kegiatan kursus Bahasa Inggris gratis. tahap berikutnya kursus dengan bayar seikhlasnya. Demikian seterusnya,  sampai Anda punya pola, tarif yang layak. Anda perlu membangun reputasi untuk mendapatkan harga yang wajar," kata Bambang memberi contoh.



SHARE THIS

0 komentar:

POSTING TERPOPULER

Iklan