Sabtu, Januari 13, 2018

SEBERAPA TINGGI GAIRAH ANDA?


Jika Anda bekerja sebagai tukang sapu jalanan, bekerjalah sebagaimana Michael Angelo melukis atau Shakespeare menulis puisi, sehingga kelak segenap penghuni bumi akan tertegun dan berujar, “di sini pernah hidup seorang tukang sapu yang melakukan tugasnya dengan sangat baik”. (Marthin Luther King Jr)

Tahun baru seperti biasanya banyak orang membuat resolusi untuk melakukan perbaikan dibanding tahun sebelumnya. Gairah untuk menjadi lebih sukses begitu tinggi. Sayangnya banyak yang belum mampu menjaga gairah agar tetap tinggi sepanjang tahun. Banyak yang dalam sebulan gairah itu mulai menurun dan hidup seperti semula. Lantas gairah untuk sukses bangkit lagi ketika tiba akhir tahun. Mudah-mudahan Anda tidak termasuk yang seperti itu .

Ubaydilah Anwar
Ubaydilah Anwar , penulis buku “Kompetensi Kunci dalam Berprestasi” mengatakan, untuk menjadi orang yang kompeten di bidang apapun, syarat pertama yang harus dimiliki adalah punya gairah yang kuat. Ibaratnya jika orang memotong kayu dengan pedang yang tajam tetapi gairah anda setengah-setengah, niscaya prosesnya pasti lama bahkan bisa gagal.

Begitu juga dengan keinginan untuk berprestasi. Meskipun punya pengetahuan yang bagus, punya skill yang bagus, punya fasilitas yang bagus, kalau gairahnya setengah-setengah, maka prestasinya juga setengah-setengah, bahkan tidak berprestasi.


Karena itu, orang berprestasi di bidang apapun, di mana pun, dengan latar belakang apapun, pasti mereka punya gairah yang kuat untuk berprestasi. Tidak ada orang berprestasi yang gairahnya setengah-setengah. Bahkan menurut para pejuang, peranan gairah ini jauh lebih menentukan ketimbang intelektual.

Artinya, jika Anda hanya pintar saja, namun malas, hanya bekerja menghabiskan jam kantor, hasil perjuangan Anda mungkin tidak lebih bagus dibanding kalau Anda, misalnya, punya ilmu pas-pasan tetapi punya gairah tinggi.

Menurut Ubaydilah, dalam teori kompetensi, gairah ini masuk dalam pengertian motif. Motif adalah sesuatu yang dipikirkan orang secara konsisten atau sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motif ini antara lain sebagai pendorong, pengarah dan penyeleksi.

Penjelasannya begini.  Ketika Anda punya motif untuk meraih prestasi, maka motif itulah yang akan mendorong Anda untuk melakukan sesuatu. Jika punya motif untuk mendapatkan sesuatu, maka motif itulah yang akan mengarahkan tindakan untuk mendapatkannya. 

Jika Anda punya motif yang kuat untuk berprestasi di bidang yang sekarang Anda kerjakan, maka motif itulah yang akan menyeleksi tindakan mana yang mengarah pada kegagalan dan tindakan mana yang mengarah keberhasilan, mana yang penting dan mana yang tidak penting, mana yang utama dan mana yang tidak utama.

Jika kita belum memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, belum punya arah tindakan yang jelas dan belum mampu menyeleksi tindakan yang tepat untuk menuju cita-cita, maka kita belum memiliki motif atau gairah yang tinggi.

Sekarang kita paham, kenapa orang yang motifnya tidak kuat, langkahnya akan tidak teratur atau tidak selektif. Seperti orang yang pergi rekreasi tanpa tujuan yang jelas. Awalnya ingin ke Ancol, di tengah jalan membayangkan Ancol pasti macet, lantas belok menuju TMII, namun ketika menjelang sampai TMII, jalanan macet juga, akhirnya balik lagi ke rumah.

Orang yang motifnya kuat, juga akan mudah menjalankan disiplin diri. Disiplin ini bukan sekedar tepat waktu dalam memulai kegiatan melainkan disiplin dalam memilah mana kegiatan yang harus dijalankan dan mana yang harus disingkirkan.  Mereka bisa membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting untuk dirinya. Jika orang sudah bisa membedakan ini, berarti kebiasaan hidupnya menjadi efektif.

Jika Anda seorang pelaku bisnis, pasti begitu banyak tawaran bisnis dari relasi Anda.  Hati-hatilah menyeleksi tawaran bisnis. Apabila Anda belum punya motif dan gairah untuk menetapkan kemana bisnis akan dikembangkan, sangat boleh jadi Anda akan mudah tergiur untuk membuka bisnis baru, sementara bisnis yang tengah dikembangkan akan terbengkelai.

Ada orang yang semula membuka bengkel motor, lantas tergiur bisnis kuliner. Ketika kuliner sepi, ia melihat peluang lain berupa bisnis laundry kiloan. Demikian berganti-ganti sampai akhirnya menyimpulkan bahwa usaha bengkel yang lebih tepat untuk dirinya. Ini terjadi karena motifnya semata-mata melihat prospek laba usahanya saja, bukan gairah untuk berkarya di bidang yang cocok bagi dirinya. Orang yang sudah terpanggil untuk hidup di dunia perbengkelan, ia akan bergairah untuk mengembangkan bengkel, entah bagaimana caranya. Dan barang siapa bergairah mengembangkan suatu bisnis niscaya akan ada rejeki yang cukup untuknya. Bahkan seorang tukang sapu pun jika bekerja dengan gairah sepenuh hati, rejekinya akan cukup bahkan akan dikenang oleh banyak orang akibat kehebatannya dalam menyapu jalan, sebagaimana pesan Marthin Luther King Jr di awal tulisan ini.

Dengan gairah yang hebat dalam berkarya, semoga kita semua lebih sukses di tahun 2018. Amien

Bambang Suharno

Mau Training Softskill dibimbing Ubaydillah Anwar?

Hubungi 0813.1069.6307 (Pak Dwi), email: pembicaraseminarzone@gmail.com


SHARE THIS

0 komentar:

POSTING TERPOPULER

Iklan