Sabtu, April 28, 2018

Makna Intrapreneurship sebagai Kewirausahaan Eksekutif


Akhir-akhir ini makin populer istilah intrapreneur yang selalu disandingkan dengan istilah entrepreneur (kewirausahaan). Sejak tahun 2000 istilah entrepreneur alias kewirausahaan makin populer karena pasca krisis ekonomi tahun 1998 kondisi ekonomi nasional dan dunia makin sulit diprediksi. Pada saat yang bersamaan, bekerja di perusahaan makin tidak aman karena sewaktu-waktu bisa diPHK. Bahkan pada saat itu perusahaan BUMN sekelas PT Dirgantara Indonesia yang menjadi andalan Indonesia, harus memPHK karyawannya.

Lantas bermunculan pengusaha-pengusaha baru yang sebelumnya adalah karyawan perusahaan. Berbagai seminar dan training entrepreneurship (kewirausahaan ) digelar dimana-mana untuk memacu keberanian karyawan untuk mendirikan usaha sendiri dan segera pensiun dini dari perusahaan.

Adapula yang tetap jadi karyawan namun punya usaha atau investasi untuk masa pensiun kelak.

Belakangan ini berkembang pula para eksekutif perusahaan yang membangun divisi baru atau unit baru atau mengembangkan cabang baru yang sukses dan disertai bonus dan penghasilan yang cukup menggiurkan. Mereka ini lebih berorientasi berkarya sebaik-baiknya tanpa memikirkan untuk memiliki perusahaan sendiri. Sebagian dari mereka kemudian diberi saham oleh induk perusahaannya ketika membangun usaha baru dalam satu group.

Nah eksekutif ini adalah kategori intrapreneur, yang merupakan singkatan Intaorganization entrepreneur. 

Pengertian Intrapreneurship

Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau bisa dikatakan , intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. 

Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur sebagai seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas, yang mentransformasi suatu gagasan baru menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. 

Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. 

Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).

Meskipun entrepreneurship dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, keduanya juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011).

Faktor Pendorong Intrapreneurship

Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan  intrapreneurship didorong oleh dua faktor yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).
Pertama, Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamika peluang teknologi, pertumbuhan industri, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.                     
Kedua, dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah sistem terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.
Intrapreneurship Versi  Bambang Suharno


Saya sendiri menyebut intrapreneurship sebagai kewirausahaan eksekutif. Hal ini saya sampaikan berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, dimana faktanya para eksekutif perusahaan yang berhasil adalah mereka yang sejak posisi di bawah sudah terlatih untuk menjalankan peran kreatif, inovatif dan berisiko. 

Ada yang mengatakan bahwa intrapreneurship hanya bisa dijalankan pada perusahaan yang sudah mapan, yaitu perusahaan skala nasional dan multinasional. Hal ini menurut padangan saya kurang tepat. Justru perusahaan skala menengah sangat membutuhkan karyawan yang berjiwa intrapreneur. Para pemilik perusahaan skala menengah pada umumnya adalah CEO perusahaan itu sendiri. Mereka membutuhkan tim yang tangguh, tahan banting, inovatif dan berdedikasi tinggi. Intinya mereka membutuhkan orang yang mirip dengan diri mereka sendiri yang mau merintis usaha dan bermental wirausaha namun tetap menjadi karyawannya.

Ini artinya mereka sangat membutuhkan intrapreneur. Oleh karena itu sistem rekrutmen perusahaan skala menengah perlu menganalisa mental para calon karyawan. Jika mendapatkan calon karyawan yang sedang mencari pekerjaan yang mapan, sebaiknya tidak direkrut. Masih banyak calon karyawan yang ingin memiliki tantangan baru, ingin menjalankan tugas secara mandiri, ingin berkarya alias punya peran nyata dalam mengembangkan perusahaan. Nah calon karyawan seperti inilah yang layak jadi intrapreneur.


referensi:



SHARE THIS

0 komentar:

POSTING TERPOPULER

Iklan