Tampilkan postingan dengan label artikel pilihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel pilihan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Mei 05, 2018

Mengukur Kemampuan Interpersonal

Mengukur Kemampuan Interpersonal


”Orang bawah berbicara tentang orang lain, orang menengah berbicara tentang peristiwa dan orang atas berbicara tentang gagasan.” (Pepatah)

Mengacu pada definisi yang dibuat oleh Tim Microsoft Education, Interpersonal skill itu mencakup beberapa kemampuan di bawah ini:
  • Kemampuan seseorang dalam menghangatkan hubungan
  • Kemampuan seseorang dalam membuat pendekatan yang mudah
  • Kemampuan seseorang dalam membangun hubungan secara konstruktif
  • Kemampuan seseorang dalam menggunakan diplomasi dan tehnik untuk mencairkan situasi yang sedang tegang
  • Kemampuan seseorang dalam menggunakan gaya yang dapat menghentikan permusuhan yang merusak sebuah hubungan 

Dalam prakteknya, mungkin seluruh kemampuan di atas tidak langsung menyatu pada diri seseorang atau dimiliki secara keseluruhan. Saya kerap menjumpai  seseorang yang punya kemampuan bagus dalam membuka dan menghangatkan hubungan, tetapi tidak bisa mempertahankan. Ketika bertemu pertama kali kesannya bagus, tetapi hubungannya tidak tahan lama. Ada lagi yang saya jumpai misalnya ada orang yang kayak-kayanya itu sulit membuka dan menghangatkan hubungan. Tetapi ternyata orang ini punya kemampuan yang bagus dalam mempertahankannya. Ada yang tidak bisa membuka dan tidak bisa mempertahankan. Ada yang sanggup membuka dengan bagus dan bisa pula mempertahankannya. Ini semua tergantung bagaimana seseorang itu meningkatkan kemampuannya.

Dalam teori kecerdasan, keahlian Interpersonal itu diartikan sebagai bentuk kemampuan dalam membaca perasaan, dorongan, dan keinginan orang lain, baik yang terucapkan atau yang tak terucapkan, dan bertindak atas dasar pengetahuan (bacaan) itu. Jadi, keahlian ini memiliki dua unsur penting, yaitu: peduli atau perhatian pada orang lain yang kemudian diikuti oleh dorongan untuk melakukan sesuatu pada orang lain (concern and action).

Thomas F. Mader dan Diane C. Mader (1990), membedakan antara Impersonal dan Interpersonal Communication. Komunikasi Impersonal itu ketika masing-masing kita saling memahami namun sebetulnya tidak ada keterlibatan emosi secara pribadi. Misalnya saja kita di jalan raya. Ada orang yang meminta jalan ke kita dengan menyalakan lampu kendaraannya. Kita kemudian berhenti untuk mempersilahkan orang itu berjalan. Misalnya lagi ada orang yang berteriak ”maling-maling” di dekat rumah kita. Kita tidak kenal siapa dia. Tapi teriakannya itu mendorong kita untuk keluar rumah supaya bisa memberikan bantuan kepadanya. Ini disebut Impersonal.

Lalu bagaimana dengan Interpersonal Communication? Menurut kedua pakar ini, Interpersonal punya kualitas kedekatan yang lebih tinggi dari Impersonal. Interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dimana masing-masing punya keterlibatan emosi personal, komitmen dalam menjalani hubungan itu. Kita bisa melihatnya pada hubungan guru-murid, orangtua-anak, mitra bisnis, dan lain-lain. Jadi, Interpersonal itu adalah involvement with (ada keterlibatan) and commitment to (ada komitmen).

Interpersonal skill adalah kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan manusia atau orang lain.  Dalam teori kompetensi (Competence At Work, 1993), keahlian Interpersonal ini diartikan sebagai keinginan untuk memahami orang lain. Bisa juga diartikan sebagai kemampuan dalam menyimak secara akurat atau kemampuan dalam memahami muatan perasaan dan pikiran yang tak terucapkan melalui mulut orang lain secara objektif. Orang lain di sini bisa berbentuk individu atau kelompok.Kemampuan ini, menurut Peter Drucker, sangatlah penting. Katanya begini:

Mengukur Kemampuan Interpersonal

Untuk mengukur sejauhmana kemampuan Interpersonal yang Anda miliki, di bawah ini ada sejumlah penjelasan yang dapat kita jadikan sebagai acuan:

NO
LEVEL
DESKRIPSI
01
Rendah
Anda baru bisa berteman dengan orang lain, baru bisa menyenangkan orang lain, atau baru bisa bercakap-cakap dengan orang lain.
02
Menengah
Anda sudah sanggup membangun hubungan secara konstruktif berdasarkan bidang, punya hubungan yang bertahan lama,  dan bisa menempatkan orang di tempatnya yang layak
03
Atas
Anda sudah bisa memberikan toleransi, bisa membangun diplomasi, bisa mencairkan ketegangan, bisa menebar kedamaian, dan bisa memperlakukan orang secara sabar dan penuh hormat
04
Tinggi / Ahli
Anda sudah sanggup membangun hubungan dengan bagus, bisa mengatasi konflik secara positif, dan bisa menangani ”orang sulit” (trouble maker) secara efektif dan efisien.
05
Catatan:
Orang yang sulit adalah orang yang selalu mengkritik, selalu mendebat, selalu ingin menguasai, selalu ingin menang sendiri, selalu ingin ikut campur, selalu protes, dan seterusnya
 Kalau melihat sejarah para nabi, beliau-beliau itu memiliki keahlian Interpersonal yang sangat bagus. Beliau-beliau itu tidak saja sanggup menarik dukungan dari orang-orang yang pro saja, melainkan juga bisa membalik asumsi orang-orang yang kontra lalu menjadi pro. Memang, sesuai hukum dunia, beliau-beliau itu pada akhirnya tetap memiliki pendukung dan tetap memiliki musuh.

Bukan hanya para nabi.  Menurut studi yang pernah dilakukan Phillip Humbret (1996), ternyata hampir semua pemimpin (orang yang punya pengikut) di dunia ini punya keahlian Interpersonal yang bagus. Salah satu buktinya adalah kemampuan mereka dalam menjaga hubungan yang cukup lama dengan kenalannya, sahabatnya, mitranya, dan lain-lain. Bahkan di antara mereka ada yang punya hubungan berlanjut sampai ke anak cucu. Ini bukti bahwa mereka punya keahlian Interpersonal yang bagus.

Ternyata bukan hanya pemimpin saja. Orang-orang yang prestasinya bagus di bidangnya juga rata-rata punya keahlian ini dengan bagus. Mereka bisa menciptakan bukti-bukti yang mendukung terjalinnya hubungan dengan bagus. Misalnya saja mereka menjaga kesepakatan, menjaga perasaan, menghormati orang lain, bisa menempatkan orang lain di tempatnya yang bagus, bahkan menggunakan panggilan-panggilan yang menghormati orang lain.
Menurut hasil telaahnya Abraham Maslow (1968), seperti yang dikutip dalam buku Journey of Adulthood (1996), sebagian ciri orang-orang yang telah atau sedang mengaktualisasikan dirinya (potensinya) itu adalah: deep loving relationship (hubungan yang mendalam),  punya privasi tetapi tidak angkuh, dan punya humor tinggi. Biasanya, humor yang mereka miliki adalah humor-humor yang mengandung pelajaran, bukan humor murahan atau gosip.

Dikutip dari buku INTERPERSONAL SKILL karya Ubaydilah Anwar




Selasa, Mei 01, 2018

Sukses Matic dan Manual (Bambang Suharno)

Sukses Matic dan Manual (Bambang Suharno)

Beberapa tahun lalu, saya menghadiri presentasi seorang kawan yang saya nilai sukses sebagai pebisnis dalam sebuah acara seminar. Kawan saya ini mendirikan lembaga kursus bahasa Inggris di berbagai daerah. Istrinya ikut aktif, berperan sebagai direktur keuangan. Awalnya hanya kursus bahasa Inggris, kemudian berkembang menjadi lembaga pelatihan manajemen, konsultan dan beberapa kegiatan lainnya.

Yang menarik dari kisah sukses yang ia ceritakan di forum adalah tentang kesibukan nya sebagai pengusaha.

" Hari ini saya di sini, nanti langsung ke Jogja, besok ke Surabaya. Saya terbiasa sibuk. Ketemu dengan istri harus janjian. Kadang ketemu sebentar di bandara atau stasiun, ngobrol dan pisah lagi karena kesibukan kami masing-masing," ujarnya sambil menunjukkan kebanggaan sebagai CEO sukses.

Seketika itu saya merenung, sebenarnya buat apa ia melakukan kegiatan begitu padat kalau akhirnya ia terjerat pada kesibukan yang ia ciptakan sendiri.

Sementara saya melihat beberapa orang yang sama suksesnya tapi hidupnya tidak perlu sesibuk CEO tadi. Mereka bisa hadir dalam kegiatan reuni sekolah, sering hadir di Kopdar group Medsos, menjadi panitia pembangunan mesjid, menjadi komite sekolah, ikut pengajian di mesjid serta kegiatan sosial lainnya.

Kesibukan sebatas apa yang diperbolehkan atau diperlukan untuk mendapatkan predikat sukses di masyarakat modern (dan juga di akhirat kelak) ? Kerja keras macam apa yang harus  kita lakukan? Bagaimana agar agar ekonomi keluarga tetap tumbuh tapi kesibukan berkurang?

Pertanyaan pertanyaan ini berkecamuk demi melihat begitu hebat kesibukan kawan saya yang sukses itu.

Saya jadi teringat tentang mobil matic dan manual. Jika saya menyetir mobil manual, maka tangan dan kaki saya akan "sibuk" menjadi supir hingga sampai tujuan. Sementara jika mobil saya matic, energi yang saya keluarkan lebih hemat tapi sampai di tujuan dengan waktu yang sama.

Kata teman saya yang paham mobil, pada mobil matic, perpindahan rasio transmisi dikerjakan oleh sistem robotik dengan memperhitungkan berbagai parameter. diantaranya, putaran mesin, pijakan pedal gas, kecepatan, dan parameter yang lainnya. Jadi, pengemudi tidak lagi diributkan dengan takometer, speedometer, pedal kopling dan 4 hingga 6 tingkat percepatan saat melaju di jalanan. Pengemudi hanya perlu memindahkan tuas transmisi pada posisi ‘D’ dan injak pedal gas sejak mobil berhenti hingga kecepatan maksimal dari mobil tersebut.

Sementara itu pada mobil manual, rasio perbandingan putaran antara mesin dan roda diatur oleh barisan roda gigi yang memiliki rasio berbeda-beda didalam sebuah box transmisi. Dari dalam transmisi tersebut, terdapat tuas yang biasa anda gerakkan ketika anda ingin menambah gigi untuk mendapatkan rasio yang lebih berat saat berakselerasi. Tuas tersebut mengatur pasangan roda gigi mana yang digunakan pada tiap-tiap tingkat percepatan yang dipilih oleh pengemudi. Jadi pengemudi harus berkonsentrasi pada putaran mesin dan memindahkan gigi transmisi disaat yang tepat untuk melakukan akselerasi mulai berhenti hingga kecepatan yang diinginkan. Itulah perbedaan mendasar pada mobil manual dan mobil matic.

Intinya, bagi pengemudi mobil matic tidak membutuhkan energi dibandingkan dengan mobil manual. Jika anda menyetir mobil menuju suatu tempat dan mengalami macet, maka mobil matic akan lebih ringan anda bawa dibanding mobil manual.

Demikian halnya dengan bagaimana kita membawa diri menuju kesuksesan. Bayangkan Anda mengendari kendaraan tua, manual, tidak pakai AC. Jalanan macet. Sungguh tidak nyaman. Perjalanan menuju sukses benar-benar melelahkan.

Kini anda perlu memikirkan kendaraan matic full AC, dalam keadaan mesin prima, Niscaya anda lebih mudah sampai ke tempat tujuan.

Bagaimana caranya?

Hmmmmm, ini yang sedang saya pikirkan. Menulis buku tentang SUKSES MATIC, Meraih Sukses dengan Sistem Otomatis





Sabtu, April 28, 2018

Makna Intrapreneurship sebagai Kewirausahaan Eksekutif

Makna Intrapreneurship sebagai Kewirausahaan Eksekutif


Akhir-akhir ini makin populer istilah intrapreneur yang selalu disandingkan dengan istilah entrepreneur (kewirausahaan). Sejak tahun 2000 istilah entrepreneur alias kewirausahaan makin populer karena pasca krisis ekonomi tahun 1998 kondisi ekonomi nasional dan dunia makin sulit diprediksi. Pada saat yang bersamaan, bekerja di perusahaan makin tidak aman karena sewaktu-waktu bisa diPHK. Bahkan pada saat itu perusahaan BUMN sekelas PT Dirgantara Indonesia yang menjadi andalan Indonesia, harus memPHK karyawannya.

Lantas bermunculan pengusaha-pengusaha baru yang sebelumnya adalah karyawan perusahaan. Berbagai seminar dan training entrepreneurship (kewirausahaan ) digelar dimana-mana untuk memacu keberanian karyawan untuk mendirikan usaha sendiri dan segera pensiun dini dari perusahaan.

Adapula yang tetap jadi karyawan namun punya usaha atau investasi untuk masa pensiun kelak.

Belakangan ini berkembang pula para eksekutif perusahaan yang membangun divisi baru atau unit baru atau mengembangkan cabang baru yang sukses dan disertai bonus dan penghasilan yang cukup menggiurkan. Mereka ini lebih berorientasi berkarya sebaik-baiknya tanpa memikirkan untuk memiliki perusahaan sendiri. Sebagian dari mereka kemudian diberi saham oleh induk perusahaannya ketika membangun usaha baru dalam satu group.

Nah eksekutif ini adalah kategori intrapreneur, yang merupakan singkatan Intaorganization entrepreneur. 

Pengertian Intrapreneurship

Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau bisa dikatakan , intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. 

Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur sebagai seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas, yang mentransformasi suatu gagasan baru menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. 

Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. 

Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).

Meskipun entrepreneurship dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, keduanya juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011).

Faktor Pendorong Intrapreneurship

Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan  intrapreneurship didorong oleh dua faktor yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).
Pertama, Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamika peluang teknologi, pertumbuhan industri, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.                     
Kedua, dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah sistem terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.
Intrapreneurship Versi  Bambang Suharno


Saya sendiri menyebut intrapreneurship sebagai kewirausahaan eksekutif. Hal ini saya sampaikan berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, dimana faktanya para eksekutif perusahaan yang berhasil adalah mereka yang sejak posisi di bawah sudah terlatih untuk menjalankan peran kreatif, inovatif dan berisiko. 

Ada yang mengatakan bahwa intrapreneurship hanya bisa dijalankan pada perusahaan yang sudah mapan, yaitu perusahaan skala nasional dan multinasional. Hal ini menurut padangan saya kurang tepat. Justru perusahaan skala menengah sangat membutuhkan karyawan yang berjiwa intrapreneur. Para pemilik perusahaan skala menengah pada umumnya adalah CEO perusahaan itu sendiri. Mereka membutuhkan tim yang tangguh, tahan banting, inovatif dan berdedikasi tinggi. Intinya mereka membutuhkan orang yang mirip dengan diri mereka sendiri yang mau merintis usaha dan bermental wirausaha namun tetap menjadi karyawannya.

Ini artinya mereka sangat membutuhkan intrapreneur. Oleh karena itu sistem rekrutmen perusahaan skala menengah perlu menganalisa mental para calon karyawan. Jika mendapatkan calon karyawan yang sedang mencari pekerjaan yang mapan, sebaiknya tidak direkrut. Masih banyak calon karyawan yang ingin memiliki tantangan baru, ingin menjalankan tugas secara mandiri, ingin berkarya alias punya peran nyata dalam mengembangkan perusahaan. Nah calon karyawan seperti inilah yang layak jadi intrapreneur.


referensi:


Sabtu, Maret 31, 2018

KAPITALISASI STRESS, BISAKAH KITA LAKUKAN DI TEMPAT KERJA?

KAPITALISASI STRESS, BISAKAH KITA LAKUKAN DI TEMPAT KERJA?


 Ubaydillah Anwar, CSC., CPT | SoftSkill Institute |

Ada ungkapan lama yang mengatakan begini: orang lemah dikalahkan oleh derita, orang biasa-biasa beradaptasi dengan derita, orang luar biasa bertransformasi dari derita.

Kalau melihat di kamus, misalnya saja Combridge Dictionary, transformasi berarti melakukan pengolahan optimal sehingga terjadi perubahan total, baik dalam penampilan fisik atau karakter.

Dari padi dijadikah gabah, dari gabah dijadikan beras, dari beras menjadi nasi. Ini semua adalah transformasi alamiyah. Oleh tubuh kita, nasi itu ditransformasi menjadi gizi, nutrisi, dan sisanya dibuang ke toilet/WC (transformasi physiologis).

Rabu, Maret 14, 2018

Antara Berpikir dan Berperilaku

Antara Berpikir dan Berperilaku

Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau mengharapkan orang lain memperlakukanmu, demikian petuah yang sering kita dengar. Boleh jadi sekarang kita perlu mengevaluasi petuah ini. Pasalnya, setiap orang sebenarnya memiliki kemauan yang berbeda-beda tergantung cara berpikir dan berperilaku.

Jika Anda senang diberi penghargaan di atas panggung, belum tentu staf Anda senang diperlakukan yang sama. Jika Anda senang dikasih bunga, belum tentu orang lain senang dikasih bunga. Jadi perlakukanlah orang lain sebagaimana mestinya, yaitu sebagaimana tipe orang tersebut.

Sabtu, Februari 03, 2018

KEAHLIAN APA YANG DIBUTUHKAN DI ERA GLOBAL?

KEAHLIAN APA YANG DIBUTUHKAN DI ERA GLOBAL?

Ubaydillah Anwar
Apakah di era persaingan global kita hanya butuh keahlian teknologi internet? Teknologi robot? atau Apa? National HPDM (High Performance Development Model) milik US Department of Veterans Affairs,  telah melakukan kajian mendalam mengenai tujuh keahlian yang diunggulkan untuk menghadapi era global. Ini bisa Anda gunakan sebagai acuan pengembangan diri, apapun profesi Anda. Perhatikan baik-baik jenis keahlian unggulan ini. 

Pertama, keahlian Interpersonal. Keahlian Interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam membangun hubungan, menjaga hubungan, atau menyelesaikan konflik hubungan secara positif. Orang yang bagus dalam kemampuan ini biasanya punya ciri-ciri antara lain:

Sabtu, Januari 13, 2018

SEBERAPA TINGGI GAIRAH ANDA?

SEBERAPA TINGGI GAIRAH ANDA?


Jika Anda bekerja sebagai tukang sapu jalanan, bekerjalah sebagaimana Michael Angelo melukis atau Shakespeare menulis puisi, sehingga kelak segenap penghuni bumi akan tertegun dan berujar, “di sini pernah hidup seorang tukang sapu yang melakukan tugasnya dengan sangat baik”. (Marthin Luther King Jr)

Tahun baru seperti biasanya banyak orang membuat resolusi untuk melakukan perbaikan dibanding tahun sebelumnya. Gairah untuk menjadi lebih sukses begitu tinggi. Sayangnya banyak yang belum mampu menjaga gairah agar tetap tinggi sepanjang tahun. Banyak yang dalam sebulan gairah itu mulai menurun dan hidup seperti semula. Lantas gairah untuk sukses bangkit lagi ketika tiba akhir tahun. Mudah-mudahan Anda tidak termasuk yang seperti itu .

Ubaydilah Anwar
Ubaydilah Anwar , penulis buku “Kompetensi Kunci dalam Berprestasi” mengatakan, untuk menjadi orang yang kompeten di bidang apapun, syarat pertama yang harus dimiliki adalah punya gairah yang kuat. Ibaratnya jika orang memotong kayu dengan pedang yang tajam tetapi gairah anda setengah-setengah, niscaya prosesnya pasti lama bahkan bisa gagal.

Begitu juga dengan keinginan untuk berprestasi. Meskipun punya pengetahuan yang bagus, punya skill yang bagus, punya fasilitas yang bagus, kalau gairahnya setengah-setengah, maka prestasinya juga setengah-setengah, bahkan tidak berprestasi.

Minggu, Desember 24, 2017

INTRAPRENEURSHIP DAN ENTREPRENEURSHIP

INTRAPRENEURSHIP DAN ENTREPRENEURSHIP

Ada buku yang.  sangat terkenal di kalangan wirausahawan Indonesia. Judulnya Cara Gila Jadi Pengusaha. Sesuai dengan judulnya, Cara Gila menawarkan cara-cara yang tidak normal dalam memulai dan menjalankan bisnis.

Pola pikir cara gila juga berbeda dengan cara waras. Misalkan, jika anda kuliah, tidak usah pintar dan rajin kuliah. Sering bolos juga nggak masalah, Kelak jika anda kena DO (Drop Out), Anda akan kesulitan cari kerja dan akhirnya "terpaksa" sukses menjadi pengusaha.

Anda seorang karyawan? Tidak usah rajin bekerja. Jika kelak anda diPHK, itulah pertanda Anda akan diberi jalan menjadi pengusaha.

Minggu, Oktober 22, 2017

Jadilah Pensiunan Yang produktif

Jadilah Pensiunan Yang produktif


Alkisah ada seorang eksekutif sebuah perusahaan rumahnya bersebelahan dengan seorang karyawan level bawah di perusahaan yang sama. Keduanya pensiun dalam waktu yang hampir bersamaan. Lima tahun setelah pensiun, dua rumah yang bersebelahan situasinya berbalik.

Sebelum pensiun rumah di eksekutif jauh lebih megah dibanding sebelahnya yang karyawan bawahan. Sementara si bawahan menyadari bahwa kelak kalau pensiun pesangonnya tidak akan cukup untuk membiayai hidup, maka ia berinisiatif melakukan kegiatan bisnis di luar jam kantor, khususnya hari sabtu dan minggu. Yang dilakukannya sederhana, mencoba membeli barang rongsokan dan dijualnya ke pengepul. Barang rongsokan itu bisa dari pabrik bisa pula dari rumah. Pabrik tempatnya bekerja merasa ditolong karena sering dipusingkan masalah barang bekas yang dijual nggak laku, tapi kalau dibuang juga sulit.

Selasa, Oktober 17, 2017

Technopreneurship, Tidak Selalu Membangun Pabrik (artikel Bambang Suharno di Majalah Forum Management 2013)

Technopreneurship, Tidak Selalu Membangun Pabrik (artikel Bambang Suharno di Majalah Forum Management 2013)

Bersama delegasi Indonesia, beberapa tahun lalu saya berkesempatan untuk untuk berkunjung ke Kota Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, untuk mengikuti seminar dan melihat sebuah pameran bisnis perunggasan terbesar di dunia, International Poultry Expo (IPE). Lokasi pameran sangat strategis, yakni di Georgia Convention Center. Tidak jauh dari sana, ada kantor pusat studio televisi CNN dan kantor pusat perusahaan  minuman ringan terbesar di dunia, Coca Cola.

Di pameran perunggasan, saya melihat bagaimana canggihnya teknologi diterapkan dalam pengembangan bisnis ayam, mulai dari kandang otomatis, sistem pemeliharaan yang terintegrasi dari pembuatan pakan ayam, pemberian pakan dan minum otomatis, teknologi menangkap ayam, memotong ayam hingga pengolahan daging dan telur ayam. Saya juga menyempatkan diri berkunjung ke pemotongan ayam modern yang berlabel halal dengan standar Majelis Ulama setempat. Saya tidak terlalu kaget dengan teknologi tersebut karena saya tahu, sebagian dari teknologi tersebut ada yang sudah diterapkan di perusahaan-perusahaan pembibitan unggas (breeding farm) dan pabrik pakan modern di Indonesia seperti Japfa Comfeed, Charoen Pokpand Indonesia, Sierad Produce dan sebagainya.

Senin, April 17, 2017

BEDAH KASUS INTRAPRENEURSHIP : PT KAI DAN 3M POST IT

BEDAH KASUS INTRAPRENEURSHIP : PT KAI DAN 3M POST IT

Melanjutkan artikel sebelumnya tentang Intrapreneurship dan Entrepreneurship berikut ini contoh implementasi intrapreneurship yang bisa dipakai sebagai referensi dan inspirasi untuk anda yang tengah mendalami entrepreneurship dan intrapreneurship.

Kasus Kereta Api

Inti utama dari intrapreneurship adalah daya kreatif dan inovasi. Kreatif adalah memiliki ide baru, inovasi adalah kemampuan mengubah ide kreatif menjadi kenyataan. Salah satu contoh penting di Indonesia adalah kisah sukses PT KAI saat dipimpin oleh Ignatius Jonan. Pelayanan kereta api yang semula sangat buruk, dalam waktu singkat berubah menjadi sangat cemerlang, tak kalah dengan kereta di luar energi. 

Sebelum tahun 2010, jika kita masuk ke stasiun kereta api di wilayah Jabodetabek, suasananya kumuh, jorok dan bau pesing. Sangat tidak sehat. Ketika masuk ke kereta , juga sangat tidak nyaman. Sangat panas, bau tidak sedap, dan banyak orang yang rela untuk tidak menghargai nyawanya sendiri dengan naik di atap kereta.

Tentu dari dulu para pimpinan perusahaan PT KAI sudah punya ide untuk memperbaiki suasana kereta api. Bahkan Menteri Perhubungan pun ingin menjadikan kereta api menjadi lebih manusiawi. Namuna mereka belum berhasil juga. Di tangan Jonan inilah niat untuk memperbaiki KAI menjadi kenyataan. Perusahaan BUMN ini yang semula langganan menjadi perusahaan merugi, berubah menjadi pencetak laba hingga 1 triliun/tahun.

GRATIS, Ikuti Program bimbingan Trained Entrepreneur klik https://www.suksesmatic.com/

Jonan memulai langkah perbaikan KAI dengan meningkatkan gaji pegawai agar kinerja mereka semakin meningkat. Dengan konsekuensi, tak ada lagi yang melakukan pekerjaan sampingan di KAI. Sehingga tidak ada kebocoran dana. Hal itu tentu berdampak pada kenaikan biaya 

Kenaikan biaya ini langsung dicover karena adanya kenaikan efisiensi. Peningkatan efisiensi lebih tinggi daripada peningkatan biaya kenaikan gaji. Bahkan gaji pegawai KAI meningkat 7,7 kali lipat dari tahun 2009.

Jonan juga melakukan perbaikan kinerja. Reward and punishment benar-benar diterapkan bagi seluruh pegawai KAI. Hal ini meningkatkan kepercayaan stakeholder. Bank-bank berani memberikan kredit pada perusahaan yang masih merugi itu, sehingga KAI dapat menambah asetnya. Jonan berhasil merubah mindset pegawai KAI menjadi customer first alias mengutamakan pelayanan pelanggan. Ia merekrut orang-orang dari dunia bisnis dengan latar belakang pelayanan yang bagus. Pria lulusan Singapura itu juga merekrut ahli IT dan bekerjasama dengan BUMN lain yaitu PT Telkom untuk menghemat dana. Metode kerjasama yang digunakan adalah profit sharing.


Infrastruktur perkeretaapian dibenahi. Stasiun dibuat steril dan menggunakan gate elektronik. PT Kereta Commuterline Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT KAI mengalami peningkatan cukup pesat. Selain sarana dan prasarana, perbaikan SDM juga dilakukan.

Jonan mengirimkan tiga ribu pegawainya ke China dan Perancis untuk melihat sistem perkeretaapian di negara tersebut. Dari level menengah hingga 2 level di bawah direksi dikirimkan untuk menyaksikan sendiri pelayanan kereta api di sana.

Hasilnya, kini kita nikmati layanan kereta api yang murah dan sangat nyaman dibanding sebelum 2009. Itulah inovasi yang dilakukan Jonan, sebagai contoh kasus bagaimana seorang pemimpin perusahaan menerapkan intrapreneurship sehingga mampu mengubah perusahaan buruk menjadi perusahaan yang berprestasi cemerlang.

Kasus Pots it 3M

Minnesota Mining and Manufacturing Co awalnya adalah perusahaan pertambangan. Namanya dikenal dengan 3M , bukan karena bisnis pertambangannya melainkan sebagai produsen Post It, kertas kecil dengan lem perekat yang mudah lepas, yang ternyata sangat membantu para pekerja kantoran dalam memberikan catatan.

Perusahaan ini didirikan tahun 1902 di “the Lake Superior town of Two Harbors”, Minnesota, Amerika Serikat. Melalui pergulatan bisnisnya yang pasang surut, pada tahun 1980 3M tiba-tiba melejit namanya karena produk yang bisa dibilang sangat sederhana, yaitu kertas kecil untuk menulis memo, sebagai pembatas halaman buku yang sedang dibaca atau untuk menulis catatan penting untuk diri sendiri.
Nama lengkapnya 3M Post-it Notes, terkenal dengan nama Post It. Bagi orang kantoran pasti sering menggunakannya.
Bagaimana 3M bisa menemukan ide membuat kertas warna warni dengan lem perekat yang tidak terlalu kuat? Inilah yang menarik untuk dikaji. Perusahaan ini tidak secara sengaja melakukan riset dan menggali ide menciptakan kertas dengan perekat.
Awalnya adalah seorang bernama Spencer Silver yang mengembangkan produk perekat tapi dianggap gagal karena lem ciptaannya tersebut tidak dapat merekat dengan baik. Karena daya rekat kurang baik, maka produk ini dianggap sebagai produk gagal. “Lupakan saja,” kata manajemen perusahaan.
Beberapa waktu kemudian  ada kompetisi ide kreatif yang diselenggarakan manajemen 3 M untuk para karyawannya, dalam rangka mengembangkan produk perusahaan.
Ary Fry, salah seorang karyawan,  sedang menggali ide bagaimana cara membuat pembatas halaman buku yang mudah digunakan. Kebiasaannya saat itu adalah memberikan pembatas pada buku yang ia baca namun pembatas tersebut berserakan bahkan berjatuhan di lantai. Dia kemudian teringat salah satu koleganya yang bernama Spencer Silver yang pernah gagal mengembangkan produk perekat. 

Fry mencoba lem tersebut pada sebuah kertas dan menjadikannya pembatas buku yang sedang ia baca.  Kertas tersebut dapat menempel dengan baik namun juga saat dilepas tidak merusak buku yang ia baca. Tidak hanya itu, selain sebagai pembatas buku, siapapun bisa memanfaatkan kertas ini untuk menulis catatan penting, menulis pesan dan membuangnya jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan.

Ary Fry berhasil menggali ide dari “produk gagal” berupa lem yang tidak merekat dengan kuat karya Spencer Silver  menjadi menjadi lem untuk kertas yang bisa ditempel di mana saja dan bisa dilepas kapan saja.
Atas ide kreatifya Ary Fry akhirnya memenangkan hadiah besar dari kompetisi tersebut dan hasil penemuannya yang disebut Post It Notes menjadi produk yang laku keras di berbagai negara.

Hingga saat ini Brand Post-it sudah memiliki lebih dari 4.000 varian produk dan telah menjadi merek yang terkenal dan sangat disukai di seluruh dunia. 
Intrapreneurhsip Karyawan dan Pimpinan Perusahaan
Dari kisah di atas kita lihat bahwa Jonan berhasil memperbaiki PT KAI dalam posisinya sebagai Direksi Perusahaan. Ia selaku direktur punya wewenang penuh melakukan inovasi untuk memperbaiki perusahaan raport merah menjadi perusahaan pencetak laba. Kita bisa bilang hal yang wajar karena Jonan adalah pemimpin puncak. Namun harus dipahami bahwa perubahan besar yang dilakukan oleh pimpinan khususnya mengubah budaya perusahaan buruk menjadi baik, tantangannya sangat banyak. Jonan berhasil mengatasi semua masalah itu. Ia berhasil meyakinkan karyawan untuk bekerja lebih produktif dengan gaji yang lebih baik.
Sementara itu Ary Fry yang hanya seorang karyawan biasa  ternyata juga mampu menciptakan ide cemerlang yang sangat menguntungkan perusahaan. Ia mengubah produk gagal menjadi produk unggulan perusahaan.
Di posisi manapun, karyawan dapat menjadi intrapreneur, yang tentunya dapat menciptakan karir yang bagus dan membuat perusahaan semakin melejit.
Sejatinya praktek intrapeneurship bukan hanya diperlukan di perusahaan melainkan juga di lembaga pemerintah, lembaga sosial, yayasan dan lembaga non profit lainnya. 

Tunggu artikel berikutnya.
Selamat berinovasi.
Bambang suharno

Mau training Senjata Rahasia Intrapreneurship dan Entrepreneurship ? Hubungi 0813.1069.6307 (Pak Dwi), email: pembicaraseminarzone@gmail.com


Sabtu, April 15, 2017

TIGA CARA MENGATASI KETAKUTAN  SAAT MAU BICARA

TIGA CARA MENGATASI KETAKUTAN SAAT MAU BICARA


 Artikel oleh :  Ubaydillah Anwar


Berbicara di depan umum termasuk “enemy” yang paling menakutkan bagi banyak orang.  Bagi sebagian orang, ada yang lebih baik memilih disuruh mengerjakan pekerjaan kasar berkali-kali ketimbang harus naik podium untuk bicara. Malah kalau melihat hasil riset yang sudah begitu populer, temuannya lebih gila lagi. Berbicara di depan umum, menurut temuan itu, menempati urutan pertama ketakutan manusia dan nomer duanya barulah kematian.

Rasa takut jelas tidak bisa dihilangkan dari dada. Ketika rasa itu telah hilang, berarti kesempurnaan kita sebagai manusia yang tidak sempurna telah dipertanyakan. Pembicara paling top di dunia pun tetap punya rasa takut. Tanyalah ke mereka kalau tidak percaya. Sama seperti pembalap. Jika dikira mereka tak takut mati lagi meski aksinya kerap “menantang maut”. 

Rabu, Maret 11, 2015

Apakah MEA Menjadi Kabar Gembira Untuk Kita? (Artikel Bambang Suharno)

Apakah MEA Menjadi Kabar Gembira Untuk Kita? (Artikel Bambang Suharno)

Ya, apakah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun ini merupakan kabar gembira untuk Indonesia? Atau sebaliknya, menjadi kabar buruk? Apapun dampaknya, tetaplah MEA akan berlaku di akhir tahun ini.

Kita melihat, di tahun 2014 lalu banyak diskusi mengenai MEA. Dan hampir semuanya menyatakan, Indonesia belum siap bertarung di pasar bebas ASEAN.
Tahun lalu Ditjen P2HP  (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) tentang Kesiapan Sektor Kelautan dan Perikanan dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Ini merupakan langkah untuk mengkonsolidasikan kesiapan para pelaku usaha bidang perikanan dan dalam rangka mensinergikan program dan kegiatan sektor Kelautan dan Perikanan. Melalui forum ini Ditjen P2HP menjaring masukan dari seluruh pemangku kepentingan, antara lain KADIN, eksportir, akademisi, Kementerian terkait, LSM, Asosiasi Perikanan, Pemerintah Daerah dan unit-unit lingkup Kelautan dan Perikanan, untuk bersama-sama menyusun langkah untuk menghadapi AEC 2015.

POSTING TERPOPULER

Iklan